
Oleh: Syahrial Efendi Nasution – Pimpinan Umum Bidik Info News
👆👆▶️ Klik Audio
Tebintinggi | bidikinfonews.xyz / Sumatera Utara, Di tengah derasnya arus informasi dan cepatnya perubahan zaman, ada sebuah pertanyaan yang terus bergema di hati saya: masihkah Pancasila menjadi bintang penuntun bagi kita, terutama bagi generasi muda? Pertanyaan ini menjadi semakin relevan ketika saya menyaksikan bagaimana Pemuda Pancasila, sebuah organisasi kemasyarakatan yang lahir pada 1959, terus berusaha menjaga bara semangat nasionalisme tetap menyala di kota kita, Tebing Tinggi.
Sebagai seseorang yang pernah mengabdi sebagai sekretaris di barisan KOTI Kota Tebing Tinggi di era kepemimpinan Ridho Chap, saya merasakan betul bahwa Pemuda Pancasila bukan sekadar organisasi dengan atribut loreng yang gagah. Ia adalah ruang pembinaan, tempat ditempanya karakter generasi muda agar berjiwa nasionalis, disiplin, dan siap berbuat untuk bangsa.
Namun, hari ini tantangan kita jauh lebih kompleks daripada sekadar mengisi barisan upacara atau mengibarkan bendera merah putih. Tantangan itu datang dari dalam – berupa degradasi moral, apatisme sosial, hingga pudarnya rasa kebersamaan – dan juga dari luar, berupa derasnya arus informasi global yang kerap membawa nilai-nilai asing yang tidak selalu sejalan dengan jati diri bangsa.
Di sinilah pentingnya menghidupkan kembali filosofi Pancasila sebagai pedoman hidup.
Ketuhanan Yang Maha Esa menuntun kita agar selalu menempatkan nilai spiritualitas di atas kepentingan sesaat.
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab mengingatkan kita agar tidak menutup mata pada penderitaan sesama.
Persatuan Indonesia mengajak kita meruntuhkan tembok perbedaan, sebab hanya dengan persatuanlah kita bisa bertahan.
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan memberi kita pelajaran tentang pentingnya musyawarah dan suara hati nurani.
Dan akhirnya, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia menjadi tujuan akhir perjuangan kita.
Pemuda Pancasila harus mampu menjadi lumbung kader bangsa yang menjawab tantangan ini. Saya melihat geliat positif di Tebing Tinggi – mulai dari kegiatan sosial seperti donor darah, santunan anak yatim, hingga diskusi kebangsaan. Ini langkah baik. Namun, organisasi ini tidak boleh berhenti di situ. Perlu terus mengasah intelektualitas kadernya, memperkuat kepekaan sosial, dan tampil sebagai agen perubahan yang mampu menghadirkan solusi nyata di tengah masyarakat.
Kita tidak ingin Pemuda Pancasila hanya dikenal karena lorengnya. Kita ingin Pemuda Pancasila dikenal karena kiprahnya yang mencerdaskan, yang menyejukkan, dan yang mempersatukan.
Di era digital ini, tantangan terbesar adalah melawan hoaks, ujaran kebencian, dan narasi yang memecah-belah. Di sinilah Pemuda Pancasila harus tampil sebagai benteng moral sekaligus motor edukasi publik.
Saya percaya, jika filosofi Pancasila benar-benar menjadi nafas perjuangan, maka Pemuda Pancasila akan terus menjadi pelopor rekonsiliasi sosial, penjaga persatuan, dan pengawal kebijakan publik yang berpihak pada rakyat.
Tebing Tinggi membutuhkan Pemuda Pancasila yang visioner, berani, dan berintegritas. Mari kita jaga api Pancasila tetap menyala – bukan hanya di dada kader Pemuda Pancasila, tetapi juga di hati seluruh generasi muda.
Share Social Media