
Tebing Tinggi | bidikinfonews.xyz / Sumatera Utara — Ancaman kesehatan akibat paparan radiasi layar elektronik semakin nyata di era digital, terutama bagi para pekerja yang menghabiskan waktu berjam-jam di depan perangkat seperti laptop, komputer, dan ponsel. Salah satu kasus terbaru menimpa Pimpinan Redaksi media online Bidik Info News, Syahrial Efendi Nasution, yang mengalami gangguan penglihatan serius diduga akibat terlalu lama menatap layar tanpa jeda.
Syahrial, yang setiap harinya sibuk memantau arus informasi dan menyunting berita melalui laptop dan ponsel, mulai merasakan gejala mata lelah, pandangan kabur, hingga keseimbangan tubuh yang terganggu. “Awalnya hanya merasa mata pegal dan cepat lelah. Namun lama-kelamaan penglihatan saya mulai buram, dan sering kali terasa seperti buta-melek. Bahkan untuk berjalan pun saya sering sempoyongan,” ungkapnya saat ditemui di kediamannya di Tebing Tinggi, Senin (26/5).
Menurut penuturannya, ia sempat mengabaikan gejala awal karena mengira hanya kelelahan biasa. Namun setelah menjalani pemeriksaan oleh dr. Dalton Silaban, Sp.S, seorang dokter spesialis saraf, diketahui bahwa kondisi tersebut bisa jadi akibat paparan cahaya biru dari layar elektronik yang berlebihan. “Dokter menyarankan agar saya benar-benar membatasi durasi bekerja di depan layar. Jangan sampai demi memuaskan pembaca dan tugas jurnalistik, saya justru mengorbankan kesehatan saya sendiri,” kata Syahrial dengan nada prihatin.
Cahaya biru (blue light) dari layar digital diketahui dapat menembus retina dan memengaruhi sel-sel mata secara langsung. Dalam jangka panjang, hal ini bisa menyebabkan “Digital eye strain”atau sindrom kelelahan mata digital. Gejalanya meliputi mata kering, penglihatan buram, sakit kepala, sulit fokus, hingga gangguan tidur. Bahkan dalam beberapa kasus ekstrem, seperti yang dialami Syahrial, bisa berujung pada gangguan keseimbangan dan sistem saraf.
Para ahli kesehatan mata menekankan pentingnya menerapkan langkah-langkah pencegahan. Salah satu metode yang direkomendasikan adalah aturan 20-20-20: setiap 20 menit, alihkan pandangan ke objek sejauh 20 kaki (sekitar 6 meter) selama 20 detik. Selain itu, penting untuk mengatur pencahayaan layar agar tidak terlalu terang, menjaga jarak pandang ideal (sekitar 50–70 cm dari layar), dan duduk dengan postur tubuh yang ergonomis.
Penggunaan kacamata khusus anti-radiasi juga dianjurkan, terutama bagi pekerja digital yang harus berada di depan layar dalam waktu lama. Selain itu, beberapa aplikasi penyaring cahaya biru juga tersedia untuk perangkat komputer dan ponsel guna mengurangi efek negatif terhadap mata.
Kisah Syahrial Efendi menjadi peringatan penting bagi semua pelaku industri media dan pekerja digital lainnya. Kesehatan mata bukan hanya soal kenyamanan visual, melainkan bagian integral dari kualitas hidup dan produktivitas kerja. Tanpa perhatian yang serius, dampak paparan layar digital bisa lebih besar daripada yang dibayangkan.
“Saya berharap pengalaman saya ini bisa menjadi pelajaran bagi rekan-rekan jurnalis dan siapa saja yang bergantung pada perangkat digital. Jangan tunggu sampai terlambat untuk menjaga kesehatan mata,” pungkas Syahrial.
( BINews )
Share Social Media