
Jakarta | bidikinfonews.xyz/ – Gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,8 mengguncang Selandia Baru pada Selasa (25/3/2025) pukul 14:43 waktu setempat. Berdasarkan informasi dari Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri RI, Judha Nugraha, pusat gempa berada di kedalaman 12 km, sekitar 155 km dari Pulau Snares, di lepas pantai barat Pulau Selatan.
Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) mencatat kekuatan gempa sebesar magnitudo 6,7, sementara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia mendeteksi gempa dengan magnitudo 6,6.
Tidak Ada Korban, WNI Aman
Judha Nugraha menyampaikan bahwa menurut laporan dari Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Selandia Baru (MFAT), gempa terjadi di wilayah yang cukup terisolasi dan jauh dari pemukiman penduduk.
“Hingga laporan terakhir pada Rabu (26/3), tidak ada korban jiwa maupun kerusakan yang dilaporkan,” ujar Judha.
KBRI Wellington telah berkoordinasi dengan otoritas setempat serta komunitas WNI di Selandia Baru. “Tidak ada laporan warga negara Indonesia (WNI) yang terdampak akibat gempa ini,” tambahnya.
Berdasarkan data KBRI Wellington, saat ini terdapat sekitar 7.300 WNI yang tinggal di Selandia Baru. Sebagai langkah antisipasi, pihak KBRI telah mengirimkan SMS peringatan kepada para WNI untuk tetap waspada dan segera menghubungi hotline KBRI Wellington di +64 21 713 167 jika menghadapi keadaan darurat.
Tidak Berpotensi Tsunami
Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Dr. Daryono, memastikan bahwa gempa ini tidak menimbulkan dampak tsunami bagi wilayah Indonesia.
“Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa gempa tersebut tidak berpotensi tsunami di Indonesia. Masyarakat dihimbau untuk tetap tenang dan tidak terpancing informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” jelas Daryono.
Badan Meteorologi Australia juga memastikan bahwa gempa ini tidak menimbulkan ancaman tsunami bagi daratan utama, pulau-pulau, atau wilayah teritorialnya.
Menurut Daryono, gempa ini merupakan jenis gempa dangkal yang dipicu oleh aktivitas subduksi Lempeng Australia yang bergerak ke bawah Lempeng Pasifik dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
“Warga di wilayah Southland dan Fiordland sempat dihimbau oleh otoritas setempat untuk menjauh dari pantai karena ada kekhawatiran potensi tsunami. Namun, hasil monitoring muka laut menunjukkan bahwa tidak ada ancaman tsunami,” paparnya.
Lebih lanjut, Daryono menjelaskan bahwa Selandia Baru terletak di perbatasan dua lempeng tektonik utama, sehingga wilayah tersebut memang rawan gempa bumi.
“Setiap tahunnya, Selandia Baru mengalami ribuan gempa bumi, meskipun sebagian besar tidak dirasakan atau tidak berbahaya,” tambahnya.
Sebagai catatan, gempa kuat terakhir yang merusak di Selandia Baru terjadi pada tahun 2011, ketika gempa magnitudo 6,3 mengguncang Christchurch dan menyebabkan 185 korban jiwa.
Kesimpulan
Gempa magnitudo 6,8 yang terjadi di Selandia Baru tidak menimbulkan korban jiwa maupun kerusakan infrastruktur yang signifikan. Otoritas setempat memastikan bahwa tidak ada ancaman tsunami, baik untuk Selandia Baru maupun negara lain di sekitarnya, termasuk Indonesia. Pihak KBRI Wellington telah mengambil langkah-langkah preventif untuk memastikan keselamatan WNI di sana.
( BINews )
Share Social Media