
Tebingtinggi | bidikinfonews.xyz / Sumatera Utara Sabtu 28 April 2025 — Dalam rangka memperkuat kesiapsiagaan serta meningkatkan sinergitas antara Satuan Brimob dengan satuan kewilayahan dalam menghadapi potensi gangguan keamanan dan ketertiban Masyarakat (kamtibmas), Batalyon B Satuan Brimob Tebingtinggi Polda Sumatera Utara melaksanakan latihan simulasi penanganan unjuk rasa yang melibatkan berbagai unsur kepolisian di Kota Tebingtinggi.
Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya antisipasi strategis terhadap kemungkinan munculnya gelombang unjuk rasa yang dapat berkembang menjadi aksi anarkis. Melalui latihan ini, Polri tidak hanya menguji respons taktis satuan Dalmas dan kemampuan komunikasi Negosiatif di lapangan, tetapi juga kesiapan lintas ganti kekuatan personel hingga pengerahan PHH Brimob dan Detasemen Anti Anarkis sebagai elemen pemukul terakhir.
Skenario Latihan : Unjuk Rasa Damai yang Berubah Anarkis
Simulasi diawali dengan apel kesiapan personel dan pengarahan dari pimpinan operasi. Skenario yang diangkat menggambarkan situasi sosial yang kerap terjadi di lapangan: sekelompok buruh menyuarakan keresahan atas diberlakukannya undang-undang baru yang dianggap merugikan hak-hak pekerja.
Beberapa hari sebelum aksi, kelompok buruh telah menyampaikan surat pemberitahuan kepada pihak kepolisian mengenai rencana aksi damai. Namun, pada hari pelaksanaan, situasi berkembang cepat.
Massa Bergerak, Aparat Siaga
Pagi itu, ratusan buruh mulai berkumpul dan melakukan long march menuju Kantor Walikota Tebingtinggi. Massa yang terus bertambah mendapat pengawalan dari personel Polisi Lalu Lintas, sementara satuan Sabhara dari Polres setempat telah bersiaga di titik-titik rawan untuk mengantisipasi eskalasi.
Melalui radio komunikasi, Komandan Satuan Sabhara melaporkan perkembangan situasi kepada Kapolres:
Sawit 1: “Dalmas Awal, panggil…” Dalmas Awal: “Ijin melaporkan, titik kumpul massa berada di Jalan Lombok Pati Solo Irian Timur. Saat ini massa bergerak ke arah Kantor Walikota. Situasi masih aman dan kondusif.” Sawit 1 : “Terima kasih, tetap pantau dan laporkan setiap perkembangan situasi.”
Negosiasi Gagal, Situasi Memanas
Tim negosiator dari Dalmas Awal segera mendekati massa untuk mengajak dialog. Namun, massa menolak upaya persuasif tersebut dan bersikeras ingin bertemu langsung dengan Walikota. Setelah diinformasikan bahwa Walikota tidak berada di tempat, massa mulai gelisah. Teriakan-teriakan keras mulai terdengar, disusul aksi dorong-dorongan yang membuat suasana menjadi tidak kondusif.
Melihat perubahan dinamika, Komandan Kompi Dalmas mengaktifkan prosedur lintas ganti sesuai Perkap No. 16 Tahun 2006 tentang Pengendalian Massa. Dalmas Awal ditarik mundur dan digantikan oleh Dalmas Lanjut yang dilengkapi dengan peralatan taktis lengkap untuk menghadapi situasi dengan eskalasi tinggi.
Provokator Menyusup, Massa Makin Brutal
Meski pasukan Dalmas Lanjut sudah dikerahkan, situasi tak kunjung membaik. Massa menjadi semakin beringas. Berdasarkan laporan intelijen, aksi telah disusupi oleh provokator yang menyulut tindakan anarkis di lapangan.
Komandan pleton Dalmas Lanjut kemudian mengeluarkan peringatan keras:
Danton Dalmas : “Atas nama Undang-Undang, kami perintahkan kepada seluruh peserta unjuk rasa untuk segera membubarkan diri. Apabila peringatan ini tidak diindahkan, maka tindakan tegas akan kami ambil.”
Namun, peringatan itu tak diindahkan. Massa mulai melempar botol dan benda tumpul ke arah petugas. Pasukan Dalmas membentuk formasi perlindungan dan mengambil posisi bertahan. Komandan Dalmas segera melaporkan kondisi darurat ke pimpinan:
Danki Dalmas : “Sawit 1, Danki Dalmas, ijin melaporkan. Situasi sudah tidak terkendali. Mohon perintah untuk lintas ganti dengan PHH Brimob.” Sawit 1: “Diterima, lintas ganti segera dilaksanakan. PHH Brimob bersiap di daerah persiapan.”
Pasukan PHH dan Detasemen Anti Anarkis Diterjunkan
Pasukan elit Brimob dari PHH (Pasukan Huru Hara) dan Detasemen Anti Anarkis 45 segera bergerak cepat menuju lokasi kerusuhan. Komando wilayah mengaktifkan kode pergerakan:
Sawit 1: “Dompak 8.7, Sawit 1 panggil…” Dompak 8.7: “Masuk, Dompak 8.7 menerima perintah Komandan.”
Dengan taktik terkoordinasi, pasukan PHH Brimob membentuk barikade, memecah konsentrasi massa, dan melakukan tindakan pembubaran massa secara terukur dan terarah. Dalam waktu singkat, situasi berhasil dikendalikan.
Penutup: Evaluasi dan Kesiapan Operasional
Latihan simulasi ini ditutup dengan evaluasi menyeluruh oleh jajaran pimpinan operasi. Berbagai aspek dinilai mulai dari kesiapan personel, efektivitas taktik negosiasi, koordinasi antar satuan, hingga penggunaan kekuatan secara proporsional.
Melalui latihan terpadu ini, Batalyon B Brimob Tebingtinggi bersama satuan kewilayahan menunjukkan komitmen kuat dalam menjaga stabilitas keamanan, serta kesiapan operasional menghadapi berbagai bentuk ancaman yang berpotensi mengganggu ketertiban masyarakat.
( Redaksi BINews: Syahrial Ef.Nst )
Share Social Media