
Tebingtinggi | bidikinfonews.xyz / Sumatera Utara – Kamis, 10 April 2025, kembali terjadi kebanjiran di kota Tebingtinggi, tepatnya di sekitar bantaran Sungai Bahilang. Air sungai yang meluap menggenangi rumah-rumah warga, meski langit terlihat cerah dan cuaca relatif tidak menunjukkan tanda-tanda hujan.
Kejadian ini berlangsung pada pukul 23.45 WIB, ketika banyak warga yang sedang tertidur lelap terkejut dengan derasnya aliran air yang mulai meluap dan merendam pemukiman mereka.

Sebagian besar warga hanya bisa pasrah melihat air yang semakin naik dengan cepat, terutama di lingkungan 5 Kelurahan Mandailing, Kecamatan Tebingtinggi Kota.
Kondisi ini sudah menjadi peristiwa yang sering terjadi, namun tetap saja dampaknya sangat dirasakan oleh warga. Bagi mereka, kebanjiran yang terus berulang ini bukanlah hal yang biasa, meskipun pihak pemerintah setempat tampak tak terlalu memperhatikannya.
Bagi masyarakat yang terdampak, kebanjiran ini bukan hanya soal bencana alam semata, namun juga terkait dengan perbaikan infrastruktur yang belum juga terwujud. Salah satu faktor utama yang dikeluhkan adalah kondisi tembok penahan air yang telah rusak dan jebol selama bertahun-tahun.
Warga merasa kecewa karena meskipun permasalahan ini sudah sering dilaporkan kepada pemerintah, jawabannya selalu sama: “masih perlu survei,” “belum ada anggaran,” atau berbagai alasan lain yang tidak memberikan solusi jelas.
Kondisi ini semakin menambah rasa frustrasi di kalangan masyarakat. Mereka merasa bahwa pemerintah, baik di tingkat kelurahan, kecamatan, maupun kota, tidak memberi perhatian yang serius terhadap masalah yang mereka hadapi.
Warga pun mempertanyakan, apakah kondisi keuangan Kota Tebingtinggi sudah serendah itu hingga tidak mampu memperbaiki infrastruktur dasar seperti tembok penahan air? Bahkan, ada kekhawatiran bahwa para pemimpin daerah seperti lurah, camat, hanya menutup mata terhadap keluhan ini, dengan anggapan bahwa kebanjiran adalah suatu hal yang wajar bagi mereka yang tinggal di bantaran sungai.
“Apakah kami harus pasrah begitu saja? Apa kami harus menunggu hingga air semakin tinggi setiap tahunnya?” ujar salah satu warga yang terimbas banjir. Warga merasa kebanjiran ini bukanlah suatu hal yang tak bisa diatasi jika ada niat dan perhatian dari pihak pemerintah.
Mereka berharap adanya solusi konkret yang dapat mengatasi masalah ini, bukan sekadar janji-janji yang tak pernah terealisasi.
Sebagian besar warga mengusulkan agar tembok penahan air segera diperbaiki. Jika tembok tersebut diperbaiki, mereka meyakini debit air yang mengalir tak akan setinggi dan secepat ini, yang dapat mencegah kebanjiran lebih lanjut.
Namun, keluhan dan permintaan perbaikan tersebut belum juga mendapatkan tanggapan yang memadai dari pemerintah setempat.
Warga berkeyakinan Walikota yang baru terpilih pasti dapat lebih peduli dan mendengar setiap keluhan masyarakatnya.
Mereka menginginkan kepastian bahwa masalah kebanjiran yang sering melanda kota ini akan segera mendapat perhatian serius. Masyarakat pun meminta agar dinas yang terkait untuk mengatasi persoalan tidak lagi mengabaikan masalah ini dan segera mencari solusi yang tepat, bukan dengan alasan-alasan yang tak berdasar.
Di tengah kebuntuan yang terjadi, warga mulai mempertanyakan keberadaan dan peran para pejabat daerah yang seharusnya memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
Mereka juga mengingatkan kepada seluruh dinas terkait yang khusus menangani persoalan ini, jangan rusak nama baik Walikota Tebingtinggi yang terpilih, dan agar tidak bermain-main dengan nasib rakyat, dan jangan sampai warga harus terus-menerus hidup dalam ketidakpastian dan rasa khawatir setiap kali musim hujan tiba. Harapan warga sangat sederhana, yaitu hidup yang lebih aman dan nyaman tanpa takut kebanjiran.
Namun, sampai kapan warga harus menunggu? Apakah suara mereka akan didengar, atau akankah mereka terus dibiarkan dalam ketidakberdayaan? Inilah yang kini menjadi pertanyaan besar yang belum ada jawabannya di Kota Tebingtinggi.
( BINews )
Share Social Media